Tanjung Beringin Panen Ikan Lubuk Larangan, Barau  yang Jadi Rebutan

Sabtu, 07 September 2024

Camat Kampar Kiri Hulu, Bustamar, memperlihatkan ikan barau hasil panen Ikan Lubuk Larangan di Desa Tanjung Beringin, Sabtu (7/9/2024). FOTO SUNTING

KAMPAR (Sunting.co.id) - Masyarakat Desa Tanjung Beringin, Kecamatan Kampar Kiri Hulu yang juga dikenal dengan Kenegerian Malako Kociak, panen ikan Lubuk Larangan, Sabtu 7 September 2024. Hasil.panen kali ini cukup banyak, dan ikan barau menjadi rebutan saat pelelangan. 

Seperti biasa, air rusak Sungai Subayang menjadi saat yang dinanti-nanti. Karena waktu inilah panen Lubuk Larangan bisa dilakukan. Meski tradisi yang mencerminkan sikap konservasi yang sudah turun temurun ini dilakukan setahun sekali, tapi semua kembali kepada kondisi sungai. Jika air tinggi, panen Lubuk Larangan atau cokau ikan, tidak bisa dilaksanakan. 

Musim terang beberapa waktu terakhir ini menjadi momen bagi masyarakat di sepanjang Sungai Subayang untuk melaksanakan pesta orang sekampung ini. Desa Tanjung Beringin memiilih melaksanakan Sabtu pagi, 7 September. 

Terkesan mendadak karena memang tradisi ini tidak bia direncanakan jauh-jauh hari. Lagi-lagi tergantumg hujan atau tidak. Pelaksanaan kali ini juga terkesan mendadak. Begitu Ninik Mamak dan masyarakat desa sepakat untuk cokau ikan, rencana itu pun segera diumumkan, bahkan hanya dua hari jelang pelaksanaan. 

Dalam waktu yang singkat ini, sanak saudara di perantauan yang punya kesempatan berbondong-bondong pulang ke Malako Kociak. Piyau atau perahu mesin yang menjadi satu-satunya transportasi menuju desa ini terlihat banyak yang mudik (menuju Tanjung Beringin) sejak sore Jumat hingga Sabtu pagi. 

"Alhamdulillah banyak juga keluarga kita di rantau yang mudik hari ini. Di desa kita ini ada dua Lubuk Larangan, satu Lubuk Larangan pemuda atau dikelola atas nama pemuda desa dan Lubuk Larangan desa yang dikelola atas nama desa dan Ninik Mamak. Yang kita panen ikannya hari ini Lubuk Larangan desa," jelas Ajizman, ketua panitia yang bergelar Datuk Pucuk. 

Ikan Barau Jadi Rebutan
Pukul 07.00 persiapan panen ikan Lubuk Larangan sudah dimulai. Sedangkan bolek sudah terpasang di sepanjang lebar sungai sejak sehari sebelumnya. 

Begitu dukun pembuka Lubuk Larangan melalui Datuk Sinaro membuka lubuk tersebut, masyarakat atau kaum bapak bersama-sama masuk ke sungai dengan membawa jala. Dari bolek paling hulu mereka membentangkan jala selebar sungai hingga ke bolek paling hilir. Ikan-ikan pun menggelapar masuk ke dalam perangkap yang sudah disediakan. 

Hingga tengah hari, prosesi tangkap ikan Lubuk Larangan dengan menggunakan jala dihentikan sementara. Ikan-ikan besar dilelang sesama warga desa atau tamu-tamu luar yang turut datang menyaksikan tradisi tersebut. Sedangkan ikan-ikan kecil, dibagi-bagi atau dionggokkan sesuai jumlah KK yang ada di desa. Onggokan ikan-ikan ini disebut andil. 

Ikan besar yang dilelang ada tiga jenis, yakni barau, baung dan ikan gabus. Dari tiga jenis ikan ini, barau paling banyak dan paling jadi rebutan. Ukurannya bermacam-macam. Per ekornya ada yang berat 2 kilogram hingga seperempat kilo gram. Harga lelang juga sangat tinggi. Satu ekor paling besar terjual dengan harga lelang 1,9 juta. Selama proses lelang, peminat satu dengan lainnya timpal menimpal, berlomba-lomba memberikan harga tertinggi untuk mendapatkan barau. 

Ikan yang diandilkan dan sudah dibagikan langsung dimasak setiap keluarga yang sejak sehari sebelumnya sudah membangun pondok-pondok kayu di tepi sungai. Sejak pagi pula mereka sudah hadir di sana dengan membawa perkakas dapur. Jika menangkap ikan di sungai bagian kaum bapak, urusan masak ikan hasil tangkapan ini menjadi urusan kaum ibu. Sebagian mereka juga ada yang memanfaatkan kesempatan ini untuk membuka lapak jualan. 

Camat Kampar Kiri Hulu, Bustamar, yang asli Desa Tanjung Beringin juga mudik. Dialah penyemangat lelang ikan hari itu sehingga hasil pelelangan lumayan banyak dan dimanfaatkan untuk keperluan masyarakat desa. 

"Panen ikan Lubuk Larangan ini tidak setiap saat bisa kita saksikan. Inilah kekayaan tradisi masyarakat kami, masyarakat Sungai Subayang. Sebuah tradisi yang mengandung nilai gotong royong, kekompakan, kebersamaan dan saling menghargai. Prosesi dari awal hingga akhir dilakukan bersama-sama. Hasil yang didapatpun dibagi rata," kata Pak Camat. 

Berlanjut Nembak Ikan
Usai makan siang  panitia kembali mengumumkan prosesi cokau ikan kembali dilakukan. Kaum Bapak pun kembali masuk ke dalam sungai. Meskipun sudah dicokau berkali-kali di sebelah pagi, tapi sore itu ikan yang didapat masih banyak. Bergoni-goni. 

Malam harinya, prosesi mencokau ikan dilakukan dengan cara menembak. Kaum bapak boleh menembak ikan dengan bebas. Biasanya, saat menembak ikan ini, yang banyak didapat adalah udang segar. Semua hasil tangkapan milik si penembak. Hanya saja, setiap masyarakat yang mnembak ikan akan dikenakan biaya sesuai kesepakatan bersama. 

"Kalau sepakat 1 juta, maka satu juta itu akan dibagi seberapun mereka yang ikut menembak ikan dan ikan atau udangnya jadi milik masing-masing. Semua sesuai kesepakatan bersama, sampai Lubuk Larangan benar-benar kembali ditutup," kata Datuk Pucuk lagi.(*)